Jumat, 28 September 2012

Perhatikan Diet Anak Anda


Beberapa rekan guru dan orangtua seringkali mengajukan pertanyaan menggelitik pada kami. ‘Apakah benar makanan berpengaruh pada masalah psikologis? ’Kenapa makanan pedas kurang baik bagi proses pengajaran di kelas?’, atau:’Kenapa murid-murid sekarang banyak yang gelisah atau mengantuk di kelas setelah jam istirahat selesai?’

You Are What You Eat
Fakta bahwa makanan dan minuman sangat berperan terhadap kondisi psikologis sebenarnya bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,  sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak orang menggunakan minuman tertentu, seperti kopi atau teh untuk membuat mereka bersemangat. Ada lagi yang setelah makan makanan yang pedas, menjadi lemas dan mengantuk. Setelah pesta dimana anak-anak mendapatkan permen, minuman soda, dan kue berlebihan, maka guru-guru banyak yang mengeluh bahwa murid-murid mereka di kelas lebih hiperaktif, serta sulit berkonsentrasi.

Hal-hal tersebut terjadi karena pikiran dan tubuh pada dasarnya tidak bisa terpisahkan. You are what you eat. Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan bahwa makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh sangat berkaitan dengan  keadaan emosi, pikiran, dan tindakan Anda. Baik yang pengaruh jangka pendek, misalnya: zat pewarna dan perasa tambahan, cabai, alkohol, kafein, gula, maupun yang berpengaruh jangka panjang, misalnya: lemak tak jenuh, makanan yang diproses, garam. Hal ini didukung pula oleh penelitian dari Mental Health Foundation and Sustain di Inggris menemukan hubungan antara pola makan buruk dengan gangguan kesehatan mental khusus seperti ADHD, demensia, depresi, dan skizofrenia.

Metabolisme Tubuh, Logam Berat, dan Masalah Tingkah Laku
Hingga saat ini, penelitian mengenai penyebab dari munculnya kasus anak berkebutuhan khusus masih terus berjalan. Namun, penelitian yang dilakukan para ahli saat ini mengarah pada kesimpulan bahwa salah satu yang mungkin berkontribusi pada munculnya masalah tingkah laku pada anak adalah adanya logam beracun dalam tubuh dan system metabolism yang kurang adaptif.

Sebagai contoh, penelitian di Indonesia maupun di Prancis menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan autism mengalami keracunan logam berat, seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb ). Gejala autisme bisa dipicu dari racun-racun logam berat tersebut yang tidak bisa dibersihkan karena anak memiliki kelemahan genetik. Kontaminasi logam berat ini bisa berasal dari polusi udara ( asap knalpot mengandung Timbal ), tambalan gigi amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri sebagai pengawet, serta jika mengkonsumsi ikan di perairan yang tercemar.

Logam berat yang masuk ke dalam tubuh bersifat destruktif. Merkuri terutama merusak myelin ( selaput pelindung saraf – saraf otak ). Akibatnya sel – sel darah otak ibarat kabel listrik yang terbuka dan rusak, tidak bisa berfungsi dengan baik. Selain merusak enzim pencernaan, merkuri juga menimbulkan turunnya daya kekebalan tubuh. Hal ini menjelaskan munculnya gangguan tingkah laku pada anak dengan autisme serta mengapa mereka sering sakit.

Proses penyerapan protein pada anak autis juga terganggu. Pada anak dengan autisme, protein yang bersumber dari kasein dan glutein tidak dapat diolah dan justru akan bereaksi seperti narkotik menimbulkan gangguan perilaku dan anak menjadi hiperaktif. Oleh karena itulah, para ahli sepakat bahwa anak autis harus menjalankan diet yang disebut Diet GF-CF (Gluten-free dan Casein-free). Selain diyakini dapat memperbaiki gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi gejala atau tingkah laku autisme anak. Selain harus bebas gluten dan kasein, makanan lain yang juga dilarang adalah  makanan yang mengandung ragi, makanan yang difermentasikan dan gula.

Diet kasein-glutein ini didukung oleh penelitian Dr. dr Sri Achadi Nugraheni, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang yang menunjukkan bahwa diet gluten  dan  kasein berpengaruh besar terhadap autisme. Setelah anak autisme  menjalankan diet ketat dengan menghindari asupan mengandung kasein yang berasal dari susu, misalnya susu sapi, susu bubuk, susu skim, susu kambing, mentega, dan keju, tampak adanya perubahan perilaku ke arah positif. Gangguan perilaku interaksi sosial serta gangguan komunikasi nonverbal yang lazim dialami anak penyandang autism berkurang. Demikian pula gangguan emosi dan persepsi sensorik,

Bagaimana Menentukan Program Diet yang Tepat?
Pada dasarnya, sistem metabolism tubuh setiap orang unik. Beberapa orangtua khawatir bila menerapkan diet GF-CF untuk anaknya, maka anak akan kurang gizi. Mereka juga bingung bagaimana cara untuk mengeluarkan logam beracun dalam tubuh yang merupakan sumber dari masalah tingkahlaku anak? Oleh karena itulah sebelum mengetahui program diet dan detoksifikasi yang tepat, perlu diketahui dulu tingkat keracunan dan bagaimana sistem metabolisme tubuh anak.

Sebagai contoh untuk anak dengan autisme, diet GF-CF memang  sangat disarankan. Namun demikian, asupan glutein dan casein perlu dihentikan secara perlahan-lahan. Selain itu, kita perlu menggunakan sumber protein lain yang bisa diperoleh dari protein nabati yang banyak terdapat pada kelompok kacang-kacangan atau protein hewani yang banyak terdapat pada daging ayam, sapi, maupun ikan.

Lalu, bagaimana caranya untuk mengetahui tingkat keracunan dan sistem metabolisme tubuh kita serta diet yang tepat untuk tiap anak? Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisa rambut terlebih dahulu.

Sekilas tentang Analisa Rambut

Dr.Igor Tabrizian, pakar analisa rambut dari Australia menyatakan bahwa rambut tidak berubah sehingga mineral yang tertanam dalam rambut dan kadarnya tidak berubah meski rambut memanjang. "Rambut manusia adalah rekaman sejarah yang bisa merefleksikan perubahan metabolisme,".
Dengan melakukan analisa rambut kita dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi jangka panjang yang merupakan akar dari penyakit yang ada, serta menemukan logam berat beracun yang bisa mencetuskan penyakit. Bila sudah diketahui, maka proses diet dan detoksifikasi akan bisa dilakukan dengan pemberian suplemen yang dibagi menjadi beberapa kategori, yakni memperbaiki, memberi nutrisi esensial agar anak tetap memiliki keseimbangan gizi, membersihkan racun serta kemudian memperbaiki neurotransmitter. 

Program biasanya berjalan selama 6-48 bulan, tergantung derajat keparahan yang ada.
Ditambahkan bahwa kunci keakuratan analisa rambut terletak pada kredibilitas laboratorium dan keahlian ahli medis dalam menginterpretasikan hasil analisa.  Sejauh ini, analisa rambut ini belum dapat dilakukan di Indonesia. Para orangtua yang ingin melakukan analisa rambut perlu mengirimkan sampel rambut ke Amerika Serikat atau Australia. Oleh karena itu, kami, Brain Optimax,  bekerjasama dengan laborataorium di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan klien akan analisa rambut. Anda bisa mencari informasi lebih lanjut kepada kami mengenai jasa analisa rambut ini langsung kepada professional kesehatan kami.

Oleh: Ratih Arruum & Lidwina Sonia
Dirangkum dari berbagai sumber