Beberapa
rekan guru dan orangtua seringkali mengajukan pertanyaan menggelitik pada kami.
‘Apakah benar makanan berpengaruh pada masalah psikologis? ’Kenapa makanan
pedas kurang baik bagi proses pengajaran di kelas?’, atau:’Kenapa murid-murid
sekarang banyak yang gelisah atau mengantuk di kelas setelah jam istirahat
selesai?’
You Are What You Eat
Fakta
bahwa makanan dan minuman sangat berperan terhadap kondisi psikologis
sebenarnya bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak orang
menggunakan minuman tertentu, seperti kopi atau teh untuk membuat mereka
bersemangat. Ada lagi yang setelah makan makanan yang pedas, menjadi lemas dan
mengantuk. Setelah pesta dimana anak-anak mendapatkan permen, minuman soda, dan
kue berlebihan, maka guru-guru banyak yang mengeluh bahwa murid-murid mereka di
kelas lebih hiperaktif, serta sulit berkonsentrasi.
Hal-hal
tersebut terjadi karena pikiran dan tubuh pada dasarnya tidak bisa terpisahkan.
You are what you eat. Ungkapan ini
sangat tepat untuk menggambarkan bahwa makanan dan minuman yang masuk ke dalam
tubuh sangat berkaitan dengan keadaan
emosi, pikiran, dan tindakan Anda. Baik yang pengaruh jangka pendek, misalnya:
zat pewarna dan perasa tambahan, cabai, alkohol, kafein, gula, maupun yang
berpengaruh jangka panjang, misalnya: lemak tak jenuh, makanan yang diproses,
garam. Hal ini didukung pula oleh penelitian dari Mental
Health Foundation and Sustain di Inggris menemukan hubungan antara pola
makan buruk dengan gangguan kesehatan mental khusus seperti ADHD, demensia,
depresi, dan skizofrenia.
Metabolisme
Tubuh, Logam Berat, dan Masalah Tingkah Laku
Hingga saat ini, penelitian mengenai penyebab dari
munculnya kasus anak berkebutuhan khusus masih terus berjalan. Namun,
penelitian yang dilakukan para ahli saat ini mengarah pada kesimpulan bahwa
salah satu yang mungkin berkontribusi pada munculnya masalah tingkah laku pada
anak adalah adanya logam beracun dalam tubuh dan system metabolism yang kurang
adaptif.
Sebagai contoh, penelitian di Indonesia maupun di
Prancis menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan autism mengalami keracunan
logam berat, seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb
). Gejala autisme bisa dipicu dari racun-racun logam berat tersebut yang tidak bisa dibersihkan
karena anak memiliki kelemahan genetik. Kontaminasi logam berat ini bisa
berasal dari polusi udara ( asap knalpot mengandung Timbal ), tambalan gigi
amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri sebagai pengawet, serta jika
mengkonsumsi ikan di perairan yang tercemar.
Logam
berat yang masuk ke dalam tubuh bersifat destruktif. Merkuri terutama merusak
myelin ( selaput pelindung saraf – saraf otak ). Akibatnya sel – sel darah otak
ibarat kabel listrik yang terbuka dan rusak, tidak bisa berfungsi dengan baik. Selain
merusak enzim pencernaan, merkuri juga menimbulkan turunnya daya kekebalan
tubuh. Hal ini menjelaskan munculnya gangguan tingkah laku pada anak dengan
autisme serta mengapa mereka sering sakit.
Proses penyerapan protein pada anak autis juga
terganggu. Pada anak dengan autisme, protein
yang bersumber dari kasein dan glutein tidak dapat diolah dan justru akan
bereaksi seperti narkotik
menimbulkan gangguan perilaku dan anak menjadi hiperaktif. Oleh karena itulah,
para ahli sepakat bahwa anak
autis harus menjalankan diet yang disebut Diet
GF-CF (Gluten-free dan Casein-free). Selain diyakini dapat memperbaiki
gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi gejala atau tingkah laku autisme
anak. Selain harus bebas gluten dan kasein, makanan lain yang juga dilarang
adalah makanan yang mengandung ragi, makanan yang difermentasikan dan
gula.
Diet kasein-glutein ini didukung
oleh penelitian Dr. dr Sri Achadi Nugraheni, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang yang menunjukkan bahwa diet gluten
dan kasein berpengaruh besar terhadap autisme. Setelah anak autisme
menjalankan diet ketat dengan menghindari asupan mengandung kasein yang berasal
dari susu, misalnya susu sapi, susu bubuk, susu skim, susu kambing, mentega,
dan keju, tampak adanya perubahan perilaku ke arah positif. Gangguan perilaku
interaksi sosial serta gangguan komunikasi nonverbal yang lazim dialami anak
penyandang autism berkurang. Demikian pula gangguan emosi dan persepsi
sensorik,
Bagaimana Menentukan Program Diet yang Tepat?
Pada
dasarnya, sistem metabolism tubuh setiap orang unik. Beberapa orangtua khawatir
bila menerapkan diet GF-CF untuk anaknya, maka anak akan kurang gizi. Mereka
juga bingung bagaimana cara untuk mengeluarkan logam beracun dalam tubuh yang
merupakan sumber dari masalah tingkahlaku anak? Oleh karena itulah sebelum mengetahui program diet dan detoksifikasi
yang tepat, perlu diketahui dulu tingkat keracunan dan bagaimana sistem
metabolisme tubuh anak.
Sebagai
contoh untuk anak dengan autisme, diet GF-CF memang sangat
disarankan. Namun demikian, asupan glutein dan casein perlu dihentikan secara
perlahan-lahan. Selain itu, kita perlu menggunakan sumber protein lain yang
bisa diperoleh dari protein nabati yang banyak terdapat pada kelompok
kacang-kacangan atau protein hewani yang banyak terdapat pada daging ayam,
sapi, maupun ikan.
Lalu, bagaimana caranya untuk
mengetahui tingkat keracunan dan sistem metabolisme tubuh kita serta diet yang
tepat untuk tiap anak? Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisa
rambut terlebih dahulu.
Sekilas
tentang Analisa Rambut
Dr.Igor Tabrizian, pakar analisa
rambut dari Australia menyatakan bahwa rambut tidak berubah sehingga mineral
yang tertanam dalam rambut dan kadarnya tidak berubah meski rambut memanjang.
"Rambut manusia adalah rekaman sejarah yang bisa merefleksikan perubahan
metabolisme,".
Dengan melakukan analisa rambut kita
dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi jangka panjang yang merupakan akar
dari penyakit yang ada, serta menemukan logam berat beracun yang bisa
mencetuskan penyakit. Bila sudah diketahui, maka proses diet dan detoksifikasi
akan bisa dilakukan dengan pemberian suplemen yang dibagi menjadi beberapa
kategori, yakni memperbaiki, memberi nutrisi esensial agar anak tetap memiliki
keseimbangan gizi, membersihkan racun serta kemudian memperbaiki
neurotransmitter.
Program biasanya berjalan selama
6-48 bulan, tergantung derajat keparahan yang ada.
Ditambahkan bahwa kunci keakuratan
analisa rambut terletak pada kredibilitas laboratorium dan keahlian ahli medis
dalam menginterpretasikan hasil analisa.
Sejauh ini, analisa rambut ini belum dapat dilakukan di Indonesia. Para
orangtua yang ingin melakukan analisa rambut perlu mengirimkan sampel rambut ke
Amerika Serikat atau Australia. Oleh karena itu, kami, Brain Optimax, bekerjasama dengan laborataorium di Amerika
Serikat untuk memenuhi kebutuhan klien akan analisa rambut. Anda bisa mencari
informasi lebih lanjut kepada kami mengenai jasa analisa rambut ini langsung
kepada professional kesehatan kami.
Oleh: Ratih Arruum & Lidwina Sonia
Dirangkum dari berbagai sumber